“Digital Marketing“, konsep kegiatan/aktivitas marketing yang dilakukan melalui platform digital, tentunya sudah lazim kita ketahui. Apalagi saat dunia dilanda pandemi Covid-19 beberapa tahun belakangan (heboh-hebohnya pada tahun 2019-2020), di mana terjadinya momen yang tentunya seolah-olah membuat kita semua kaget dan tersentak, saat aktivitas sosial harus dibatasi dan dilakukan dari rumah saja. Dunia kerja, usaha, dan bisnis, mau tidak mau ikut terkena dampak dari pembatasan sosial tersebut. Masih segar di ingatan saya bahwa kami tiba-tiba harus meeting secara online dengan klien kami melalui platform Google Meet (beberapa lainnya melalui Zoom), padahal sebelumnya yang namanya meeting dengan klien itu selalu tatap muka dan sama sekali tidak pernah terpikir untuk meeting online.
Pada awalnya, memang seolah masyarakat dan tentunya pelaku bisnis dan usaha sepertinya sempat “syok” dengan kebiasaan baru ini. Namun, perlahan tapi pasti, kita beradaptasi (bahkan mungkin “dipaksa” beradaptasi dalam waktu singkat). Bisnis online semakin berkembang. Kebutuhan untuk memasarkan produk melalui platform digital seperti sudah menjadi keharusan. Istilah “Content is King” bahkan menjadi populer dan sering saya dengar dalam beberapa seminar online maupun konten materi training online.
Merujuk pada istilah tersebut, tidak salah memang, apalagi dalam aktivitas pemasaran online, konten tentulah merupakan salah satu elemen terpenting. Apalah arti digital marketing bila kita tidak mampu membuat konten yang menarik, yang bisa relate dengan audiens, ‘nyantol’ di benak mereka, dan menggugah mereka untuk take action (sharing, bertanya atau bahkan langsung memutuskan untuk beli seputar produk/jasa kita).
Kalau kita telaah lebih jauh lagi, tergantung dari tujuan dan kegunaannya, sebuah konten dapat terdiri dari beberapa elemen yang saling menunjang, mulai dari visual hingga copywriting. Ada kalanya presentasi visual yang baik saja belum cukup bagi sebuah konten untuk bisa mendapatkan perhatian atau bahkan ‘nyantol’ di benak audiens, sehingga dibutuhkan copywriting atau caption untuk membantu menyampaikan pesan ataupun bercerita sebagai satu kesatuan.
Oleh karena itu, dalam mengembangkan sebuah konten, peran seorang copywriter sebenarnya tidak kalah penting dibandingkan dengan para graphic designer, illustrator, maupun fotografer. Kekuatan seorang copywriter justru bukan terletak pada bagaimana dia bisa menulis informasi sedetil-detilnya mengenai spesifikasi atau keunggulan barang, jasa, maupun brand, namun lebih kepada bagaimana menciptakan tulisan yang seolah bisa mengarahkan orang yang membacanya untuk ‘take action‘.
Lalu bagaimana caranya membuat karya copywriting yang bisa ‘berdampak’, yang bisa mengarahkan audiens untuk ‘take action‘? Berdasarkan pengalaman kami di Insyst Media, ada baiknya sebelum mulai membuat copywriting, kita memikirkan terlebih dahulu ‘purpose‘, yang berarti maksud atau tujuan konten itu dibuat. Apakah konten ini bermaksud sebagai ajakan untuk membeli, bergabung, donasi, dsb. ataukah untuk datang ke event tertentu? Definisikanlah dengan jelas. Dari situ pula kita bisa mendefinisikan siapa target audiens nya? Siapa yang harus membaca atau melihat konten tersebut? Bagaimana demografinya (usia, gender, interest, income, dsb.)? dan sebagainya. Semakin kita bisa menjabarkan dengan detail, semakin baik tentunya.
Dari situ, kita mulai bisa memperkirakan seperti apa gaya bahasa yang akan kita kembangkan yang kemungkinan besar bisa cocok dengan target audiens tersebut. Salah satu gaya bahasa yang pernah saya gunakan untuk ‘grab attention‘ audiens adalah dengan metode pain & pleasure, di mana kita menggunakan pain sebagai attention-grabber dan pleasure sebagai solusi dari pain tersebut. Misal untuk produk peralatan dapur, kita bisa menggunakan judul “5 Kesalahan Moms Dalam Mencuci Peralatan Masak!” sebagai attention-grabber lalu menghadirkan produk alat masak yang tahan banting dan tidak gampang rusak sebagai isi konten saat audiens sudah siap untuk membaca lagi lebih jauh.
Tentunya masih banyak tips dan trik lainnya yang dapat dilakukan seorang copywriter untuk akhirnya dapat mengembangkan sebuah karya copywriting yang impactful dan dapat mengarahkan pembaca untuk take action, namun kalau boleh saran, paling penting adalah kita melatih insting dan intuisi kita dengan mengamati dan mempelajari karya-karya copywriter lain yang berdampak serta mencoba sebanyak mungkin berlatih membuat karya copywriting dengan gaya kita sendiri sebanyak mungkin.
Semoga Bermanfaat!